GRP Menjadi Tuan Rumah Pertemuan ke-19 World Steel Association ECO, Perkuat Upaya Keberlanjutan Industri Baja Global
Jakarta, 7 Maret 2025 – PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) dengan bangga menjadi tuan rumah pertemuan ke-19 Environment Committee (ECO) dari World Steel Association yang diselenggarakan pada 24–26 Februari 2025 di Jakarta. Acara ini mempertemukan para pemimpin industri baja dunia, perwakilan pemerintah, dan para ahli lingkungan, serta menjadi wadah penting untuk berdiskusi di tingkat tinggi mengenai keberlanjutan, tantangan lingkungan, dan kemajuan teknologi di sektor baja. Pertemuan ini menegaskan kembali komitmen industri baja global terhadap masa depan yang rendah karbon.
Delegasi worldsteel ECO dipimpin oleh José Fonrouge, Senior Sustainability Global Director di Ternium sekaligus Chairman worldsteel ECO, didampingi oleh Åsa Ekdahl, Head of Environment and Climate Change di worldsteel, serta Felipe Maciel, Manager of Environment and Climate Change di worldsteel. Kehadiran mereka menyoroti pentingnya kolaborasi lintas industri dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang mendorong percepatan transisi menuju produksi baja yang berkelanjutan.
Chief Transformation Officer GRP, Kelvin Fu, menyambut para delegasi dan menekankan peran penting GRP dalam mendorong agenda dekarbonisasi industri baja di Indonesia. “Perjalanan menuju transformasi lingkungan tidak bisa kami tempuh sendiri. Kemitraan dengan worldsteel sangat penting bagi GRP, terutama melalui program seperti StepUp, yang telah membekali kami dengan alat dan pengetahuan untuk menghadapi kompleksitas produksi baja berkelanjutan. Kami sangat menghargai kesempatan belajar dari para pemimpin terbaik di industri ini. Komitmen worldsteel terhadap kolaborasi dan inovasi telah memperkuat semangat kami dalam menjalani transisi menuju masa depan rendah karbon, sekaligus membuktikan bahwa pemain baru pun dapat menjadi teladan dalam upaya global menuju keberlanjutan lingkungan,” ujar Kelvin.
Pertemuan ini juga menghadirkan serangkaian presentasi dan diskusi panel yang informatif dari pejabat pemerintah, pemimpin industri, dan pakar global, yang membahas berbagai aspek penting seperti dekarbonisasi industri, teknologi pengurangan karbon, hingga kerangka regulasi.
Andi Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, memaparkan kebijakan pemerintah dalam mendukung transisi hijau, termasuk insentif finansial bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi rendah karbon, kerangka regulasi untuk mendorong manufaktur berkelanjutan, serta peran penting Standar Industri Hijau Indonesia dalam mendorong praktik produksi yang bertanggung jawab.
Sementara itu, Harry Warganegara, Direktur Eksekutif IISIA, membahas tantangan dan peluang dalam produksi baja rendah karbon di Indonesia. Ia menekankan bahwa transisi menuju teknologi Electric Arc Furnace (EAF) merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengurangi emisi sekaligus memenuhi permintaan baja domestik dan internasional.
José Fonrouge, Senior Sustainability Global Director di Ternium dan Chairman worldsteel ECO, menyampaikan, “Industri baja sepenuhnya mendukung tujuan Perjanjian Paris, dan kami berkomitmen terhadap masa depan rendah karbon. ECO menjadi forum penting yang mempercepat transformasi industri kita, dan kami sangat berterima kasih kepada GRP atas sambutan hangatnya dalam mempertemukan komunitas baja global dalam mewujudkan tujuan bersama ini.”
Åsa Ekdahl, Head of Environment and Climate Change di worldsteel, turut menambahkan, “Sangat jelas bahwa pemerintah, industri baja, dan para pemangku kepentingan lainnya harus bekerja sama secara erat untuk mengatasi tantangan teknologi dan ekonomi demi transisi efektif menuju produksi baja rendah karbon. Saya mengucapkan terima kasih kepada GRP yang telah memfasilitasi diskusi kami dalam menghadapi dinamika industri yang semakin kompleks. Upaya Anda sangat kami apresiasi.”
Dengan menjadi tuan rumah pertemuan ke-19 worldsteel ECO, GRP semakin memperkuat kepemimpinannya dalam mendorong upaya dekarbonisasi industri baja di Asia Tenggara, serta membuktikan bahwa sektor baja yang berkelanjutan dan kompetitif dapat dicapai melalui kolaborasi, inovasi, dan komitmen bersama industri.